Kisah ini sebenarnya jadul sih, sebab terjadi sejak jaman dulu kala. Kira-kira terjadi ketika saya masih duduk di bangku kelas 5 SD. Dan beruntung saya itu “duduk” dibangku SD bukan “tidur” dibangku SD, saya bukan seorang pemalas ketika masih SD. Waktu itu internet belum semarak sekarang. Orang-orang ketika itu masih ketinggalan informasi, bahkan informasi panas tentang Manohara dan pangeran Kelantan sekalipun pada saat itu mereka tidak tahu. Entah karena belum maraknya teknologi informasi atau entah karena kejadian sekitar Manohara itu belum terjadi, namun lebih logis karena waktu itu belum ada internet. Yang terjadi itu adalah tidak pasti, maka lebih logis percaya hal yang pasti.
Dulu saya memiliki tetangga yang mengaku kepada saya katanya berasal dari Batak dan dia tidak bisa berbahasa Sunda. Saya seorang yang beruntung ketika itu karena diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bisa mengejek tetangga tanpa takut menyinggungnya karena dengan bahasa Sunda saya bisa mengejek dia tanpa bisa dia mengerti. Tapi bodohnya saya ketika itu karena telah menyia-nyiakan kesempatan seperti itu. Yang namanya kesempatan ternyata tidak muncul dua kali akan tetapi muncul beberapa kali, hanya saja saya tidak pernah bertemu lagi dengan kesempatan yang sama untuk kedua kali apalagi ke tiga, keempat dan berulang kali.
Tetangga saya itu dalam kisah ini adalah baru saja menempati rumah disamping rumah saya, alias pindahan dari negara Jakarta. Saya pikir Jakarta itu dulu adalah sebuah negara lain yang berada di negara Indonesia, karena didepannya ada istilah lain yakni DKI, itu hampir mirip seperti istilah DI (daerah istimewa) semisal Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun ternyata faktanya bukan seperti itu, kini saya sadari akhirnya betapa bodohnya saya waktu itu. Tentu saja waktu itu, karena waktu sekarang saya sudah pintar .
Kembali ketopik (maaf buat Topik, saya lancang karena menyebut2 nama kamu dan bukan sebagai tokoh utamanya), Si tetangga saya itu membawa dua ekor anjing bodoh yang sepertinya tidak pernah lulus Sekolah Dasar sama sekali dan anjing-anjing itu hanya bisa mengonggong saja. Ke dua anjing yang bernama Glen dan Robert itu selain membuat ribut mereka juga tidak mempunyai tata krama, mereka itu (kedua anjing) bahkan seingat saya tidak pernah menyapa say hello ataupun bermuka manis sama sekali dihadapan saya yang seorang tetangga dekatnya. Hal ini diperburuk juga oleh atmosfir kampung saya yang mengklaim bahwa anjing itu najis, ini semakin memperburuk keadaan hubungan sosial saya dengan anjing-anjing itu.
Di suatu hari yang sangat cerah, panas dan terik, saya baru saja pulang sekolah. Dalam keadaan seperti itu biasanya saya tidur siang didalam rumah, karena tidur siang diluar rumah sangat tidak memungkinkan untuk kesehatan kulit saya yang putih. Dalam keadaan lelah serta kondisi pikiran yang belum 100% (waktu itu belum ada mizone, oh maaf sebut merk) ternyata kedua ekor anjing tetangga sebelah terus-menerus mengonggong tiada henti dan tentu sangat mengganggu jalannya tidur siang saya (sebenarnya saya tidak tidur berjalan). Tentu dalam kondisi seperti itu saya pun menjadi kesal. Saya keluar rumah dan memberanikan diri untuk membentak kedua anjing itu agar berhenti mengonggong, saya yang masih bodoh ketika itu karena belum mampu menggunakan bahasa selain bahasa Sunda dan Indonesia lupa bahwa meneriaki anjing itu masih dengan bahasa manusia yang tidak dapat dimengerti anjing. Harap dimaklumi saya bukan anjing, sialnya anjing bodoh itu juga tidak mengerti bahasa selain bahasa anjing.
“Anjing Maneh Siah!!.. Dasar anjing!!” itu teriakan saya kepada anjing-anjing itu yang berarti “Anjing luh!!… dasar anjing!!” teriakan itu begitu kerasnya. Namun tanpa sopan santun kedua anjing tetap tidak bergeming seolah-olah tidak menghiraukan perkataan saya. Tanpa terlihat sebelumnya di halaman rumah sebelah itu ternyata tetangga saya yang mengaku dari Batak itu berdiri tak jauh dekat kedua anjing itu bercengkrama. Dan entah mengapa mukanya merah padam dengan mata melotot seolah-olah seperti anjing ingin mencoba mengigit saya yang ganteng ini. Mungkin dia marah karena merasa Ge-eR di teriaki anjing oleh seorang bocah seganteng saya.
Dan saya yang bodoh ketika itu mengira kalau tetangga saya sebenarnya adalah alien dari luar angkasa, kedua anjing itu mungkin adalah majikan tetangga saya, dan tetangga saya itu adalah anjing peliharaannya kedua anjing itu. Bodoh ketika itu karena ketika sekarang saya sudah pintar. Sekarang saya sadar, bahwa betapa pentingnya arti sebuah komunikasi. Oh dan ternyata dugaan saya tentang tetangga saya alien itu benar, karena baru saja saya membaca artikel di Internet bahwa ditemukan planet seperti bumi digalaksi lain. Hipotesis otak saya yang jenius ini mengatakan, tetangga saya itu berasal dari planet yang mirip bumi itu, dan mungkin saja nama planetnya itu adalah planet Batak.
From : Blog Yoga Permana Wijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar